MIGAS VS CENGKEH & KELAPA

Pada Zaman dahulu kala...duluuuuu sekali pada tahun satu, Negeri Natuna masyarakatnya hidup tentram, damai dan sentosa semua masyarakat hidup dalam kerukunan dalam persaudaraan, kesederhanaan meliputi cara pandang, cara pikir dan cara bertindak kemudian Gotong Royong merupakan budaya luhur yang terus diamalkan.
Masyarakat tak ada yang menganggur, setiap hari mereka bekerja membanting tulang dengan hati yang suka cita. CENGKEH & KELAPA merupakan barang agungan yang dibicarakan dan dirawat setiap hari dari pagi ke petang, petang ke Malam sampai ke pagi lagi. Betapa bersyukurnya masyarakat Natuna kala itu dengan Anugerah Cengkeh dan Kelapa selain Hasil tangkapan laut yang hanya untuk sekedar Teman nasi ketika bersantap.
Setelah berhembusnya Genderang Reformasi melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia, mulailah perlahan tapi pasti perobahan pola hidup masyarakat berubah termasuk di Natuna. dan hal ini dimulai pada saat Natuna membentuk Kabupaten sendiri lalu ditetapkan sebagai Daerah Penghasil Minyak dan Gas (Migas).
Perobahan dengan pasti terjadi melanda cara berpikir dan cara bertindak masyarakat CENGKEH & KELAPA ditinggalkan, dimana-mana orang bicarakan Migas...Migas...Migas...dan..Migas.
Hidup tidak lagi sederhana, gotong royong ditinggalkan segala hal diukur dengan uang..tak ada yang lain semuanya Uang. MIGAS menjadi primadona yang akhirnya menjadikan orang Kemaruk, Tamak dan Serakah dengan uang yang melimpah-limpah akhirnya bencana & Malapetaka menerpa.
Lihatlah....Bencana yang datang menimpa para pemimpin Natuna disebabkan Pesona Migas, Migaspun dengan Pongah menyeterukan Daerah Pemekaran dengan Daerah Induknya.....apakah yang terjadi selanjutnya...? Kalaulah begini kejamnya akibat MIGAS tak heran kalau CENGKEH & KELAPA menjadi sangat Kecewa. CENGKEH & KELAPA tadinya rela ketika digantikan MIGAS, tapi kalaulah Migas menyebabkan Permusuhan, Keserakahan, Egoisme maka pantaslah kalau CENGKEH & KELAPA Marah !!!!

4 komentar:

16 Juli 2009 pukul 18.41 Unknown mengatakan...

mungkin kita perlu lebih bersyukur, mungkin selama ini kita terlalu terlena dengan kemewahan...

17 Juli 2009 pukul 05.24 Aminudin mengatakan...

@ Rizal : Betul sekali kita harus lebih banyak bersyukur..

17 Juli 2009 pukul 09.18 bongjun mengatakan...

xixixi,....jongon maghah bong,...hahahaha

20 Juli 2009 pukul 09.47 Dieztra mengatakan...

Takde yang marah, takde yang kecewa. Cume pemimpin-pemimpin kite ni yang tak bise berpikir dewasa, ade satu formula, migas untuk kemaslahatan bersama, induk anak sama saja, selesai perkara. Cengkeh kelapa tetap didorong produksinya...

Tapi kadang-kadang kite rakyat kecik ni suke juge latah, biase bekerja keras, karena migas dibuat malas, terbiase terime duet kertas, dari pejabat yang nasibnye sekejap lg naas. Tul dok bong...

Posting Komentar